Fase Penyebaran Islam di Indonesia | SKI XII Sem. 1
1. Tahap Kehadiran Pedagang Muslim ( sebelum abad ke 13 M )
Pendapat masuknya Islam ke Indonesia sejak abad ke -7 M atau ke- 1 H, dikemukakan oleh Syeh Syamsudin Abu Abdilah Muhammad bin Talib Ad Dimasyqi, ia mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia melalui Champa ( Kamboja dan Vietnam ) sejak zaman Khalifah Usman bin Affan yakni sekitar tahun 651 M atau abad ke-7. Pada versi yang lain menyatakan bahwa abad ke- 1 sampai ke- 4 H, terdapat hubungan perkawinan antar pedagang muslim dengan penduduk setempat, sehingga mereka memeluk agama Islam. Mengenai adanya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik dengan angka tahun 475 H / 1082 M bentuk batu nisan dan jiratnya menunjukkan pola gaya hias makam dari abad ke- 10 M. Menurut laporan penelitian arkheologi di situs pesucian kecamatan Manyar ( 1994-1996 ) Leran di masa lampau merupakan pemukiman perkotaan dan perdagangan.
2. Tahap Terbentuknya Kerajaan Islam ( 13-16 M )
Pada fase ini ditandai dengan munculnya pusat-pusat Kerajaan Islam. Ditemukannya makam Malik al- Shaleh yang terletak di kecamatan Samudra di Aceh utara dengan angka tahun 696 H/ 1297 M merupakan bukti jelas adanya Kerajaan Islam di Pasai. Historiografi tradisional lokal, hikayat raja-raja Pasai dan sejarah Melayu Malik, menyebutkan penguasa pertama kerajaan Samudra Pasai adlah Malik al- Shaleh. Akan tetapi, di barus telah ditemukan makam seorang perempuan yang bernama Tuhar Amisuri dengan angka tahun 602 H. Hal ini dibuktikan bahwa pada permulaan abad ke-13 M, sudah ada pemukiman masyarakat Islam di barus.
Pada akhir abad ke- 13 kerajaan Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia merebut jalur perdagangan di selat Malaka yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya. hal ini terus berlanjut hingga pada permulaan abad ke- 14 berdiri kerajaan Malaka di semenanjung Malaysia. Sultan mansyur Syah ( 1477 M ) adalah sultan ke- 6 kerajaan Malaka yang membuat Islam sangat berkembang di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaka.
Akhir abad ke- 15 M dan permulaan abad ke- 16 M pusat-pusat perdagangan di pesisir utara, seperti Gresik, Demak, Cirebon, dan Banten telah meninkukkan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh para wali di Jawa. Kemudian pada abad ke- 16 M kegiatan itu mincul sebagai kekuatan politik dengan adanya kerajaan Demak sebagai penguasa Islam pertama di Jawa yang berhasil menyerang ibu kota Majapahit. Para wali dengan bantuan kerajaan Demak, kemudian Pajang dan Mataram dapat mengembangkan Islam ke seluruh daerah-daerah penting di Jawa, bahkan di luar jawa, seperti ke Banjarmasin, Hitu, Ternate,Tidore,dan Lombok.
3.Tahap Pelembagaan Islam
Pada fase ini para pemangku kerajaan berguru ke pusat pendidikkan islam seperti Ternate yang berguru ke Giri Gresik. Agama Islam yang berpusat di Pasai tersebar luas ke Aceh di pesisir Sumatra,Semenanjung Malaka, Demak Gresik, Banjarmasin dan Lombok, bukti persebarannya ditemukan cukup banyak. Di semenanjung Melayu ditemukan bentuk-bentuk nisan yang menyerupai bentuk-bentuk batu nisan Aceh. Di Kuwin Banjarmasin tepatnya di komplek pemakaman sultan Surinsyah ( Raden Samudra ). terdapat batu nisan yang mempunya kesamaan dengan yang ada di Demak dan Gresik. Di pemakaman Seloparang terdapt sebuah batu nisan yang memiliki Jawa Timur.
Islam juga tersebar ke Sulawesi, ketika raja pertama, Raja Tallo yang menjadi mangkubumi di Kerajaan Gowa yang bernama I Malingkaeng Daeng Njori Karaeng Katangka masuk Islam pada 22 September 1605 M. Kemudian ia bergelar sultan Abdullah Awalul Islam. Penyebar Islam ke daerah Abdul Ma'mur Chatib Tunggal yang lebih terkenal dengan nama Dato ri Bandang, seorang ulama yang berasal dari Minangkabau. Kemudian Islam tersebar ke Lombok dan Sumbawa melalui dua tahap, pertama, dari jawa yang dilakukan oleh Sunan Prapen sekitar akhir abad ke- 17 M dari Gowa. Di kalimantan, banjarmasin merupakan daerah yang pertama kali mendapat pengaruh Islam dari dato ri Bandang berserta temannya Than Tunggang Parangan, yang mengislamkan raja Mahkota dari Kutai sekitar tahun 1575.
A. Biografi Walisanga
Bagi masyarakat muslim Indonesia sebutan walisanga memberikan makna khusus terhadap keberadaan tokoh-tokoh yang berperan penting dalam pengembangan Islam pada abad ke - 15 hingga 16 M di pulau Jawa. Kehadiran Walisanga dengan ajaran-ajarannya memiliki pengaruh yang kuat dalam masyarakat Islam di jawa. Masyarakat Jawa memanggil Sunan kepada kepada para Walisanga. Kata Sunan atau Susuhanan berasal dari kata Suhun-Kasuhun- Sinuhun berarti yang dijunjung tinggi / dijunjung diatas kepala juga bermakna paduka yang mulia. Gelar atau sebutan Sunan digunakan oleh para raja Mataram Islam sampi kerajaan Surakarta dewasa ini. Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, Walisanga dianggap memiliki nilai kekeramatan dan kemampuan-kemampuan di luar kelaziman. Walisanga merupakan pelopor dan pejuang penyiaran Islam di Jawa pada abad XV dan XVI. Masih terdapat perbedaan pendapat tentang nama-nama Walisanga. Namun yang lazim disebut sebagai Walisanga adalah sebagai berikutNo Nama wali Nama lain
1. Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Ampel Raden Rahmatullah
3. Sunan Bonang Maulana Makdhum Ibrahim
4. Sunan Kalijaga Raden Mas Syahid
5. Sunan Giri Raden Ainul yakin
6. Sunan Drajat Raden Qasim
7. Sunan Kudus Raden Ja'far Shadiq
8. Sunan Muria Raden Umar Said
9. Sunan Gunung Jati Raden Syarif Hidayatullah
Walisanga diterima dengan baik oleh masyarakat, karena kedatangan para wali di tengah-tengah masyarakat Jawa tidak dipandang sebagai sebuah ancaman. Para wali menggunakan unsur-unsur budaya lama ( Hindu dan Budha ) sebagai media dakwah. Dengan sabar sedikit demi sedikit Walisanga memasukan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam unsur-unsur lama yang sudah berkembang. Perjuangan Walisanga dalam dakwah nyaris tanpa konflik, karena Walisanga sangat halus dalam mengajar masyarakat dan semua dilakukan dengan jalan damai.
1. Syaikh Maulana Malik Ibrahim ( 882 H/ 1419 M )
Ada perbedaan pendapat terkait asal usul Syaikh Maulana Malik Ibrahim, ada pendapat berasal dari Turki dan ada pendapat lain menyatakan berasal dari Kashan sebuah tempat di Persia ( Iran ) sebagaimana tercatat pada prasasti makamnya. Syaikh maulana Malik Ibrahim adalah seorang ahli tata negara yang menjadi penasehar raja, guru para pangeran dan juga dermawan terhadap fakir miskin. Menurut Babag ing Gresik beliau datang bersama kawan-kawan dekatnya dan berlabuh di Gresik pada tahun 1293 / 1371 M. Syaikh maulana Malik Ibrahim adalah keturunan Ali Zainal Abidin cicit nabi Muhammad SAW.
2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat ( 1406 M )
Raden Rahmat adalah putra cucu Raja Champa, ayahnya bernama Ibrahim As-Samarkandi yang menikah dengan puteri raja Champa yang bernama Dewi Candra Wulan. Raden Rahmat ke Tanah Jawa langsung ke Majapahit, karena bibinya Dewi Dwara Wati diperisteri Raja Brawijaya, dan isteri yang paling disukainya. Raden Rahmat berhenti di Tuban dan di tempat itu beliau berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning, yang kemudian masuk Islam keduanya beserta keluarganya. Dengan masuk Islamnya Ki Wiryo Sarojo dan Ki bang Kuning, usaha Sunan Ampel semakin mudah dalam mendekati masyarakat dan melakukan dakwah Islam, sedikit demi sedikit mengajarkan ketauhidan dan ibadah. Sunan Ampel wafat pada tahun 1406 M. Beliau dimakamkan di kompleks Masjid Ampel, Surabaya. Sampai sekarang makam beliau banyak dikuinjungi peziarah dari berbagai daerah diseluruh pelosok Indonesia.
3. Sunan Bonang atau Maulana Makhdum Ibrahim ( 1525 M )
Raden Maulana makhdum Ibrahim adalah putera dari Sunan Ampel dari isteri yang bernama Dewi Candrawati. Sunan Bonang dikenal sebagai ahli ilmu Kalam dan Ilmu Tauhid. Maulana Makhdum Ibrahim banyak belajar di Pasai, kemudian sekembalinya dari Pasai, Maulana Makhdum Ibrahim mendirikan pasantren di daerah Tuban. Santri yang belajar pada pasantren Maulana Makhdum Ibrahim, berasal dari penjuru daerah di tanah air.
Dalam menjalankan kegiatan dakwahnya Maulana Makhdum Ibrahim ( Sunan Bonang ) mempunyai keunikan dengan cara mengubah nama-nama dewa dengan nama-nama malaikat sebagaimana yang dikenal dalam Islam. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya persuasif terhadap penganut ajaran Hindu dan Budha yang telah lama dipeluk sebelumnya. Sunan Bonang meninggal pada tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban, daerah pesisir utara Jawa yang menjadi basis perjuangan dakwahnya.
4. Sunan Kalijaga atau Raden Syahid ( abad 15 )
Sunan kalijaga mempunyai nama kecil Raden Sahid, beliau juga dijuluki Syekh Malaya. Ayahnya bernama Raden Sahur Tumenggung Wilwatikta keturunan Ranggalawe yang sudah Islam dan menjadi bupati Tuban, sedangkan ibunya bernama Dewi Nawangrum. Sunan kalijaga merupakan salah satu wali yang asli orang Jawa. Sebutan Kalijaga menurut sebagian riwayat berasal dari rangkaian bahasa Arab qadi zaka yang artinya ' pelaksana' dan ' membesihkan' . Menurut pendapat masyarakat jawa memberikan arti kata qadizaka dengan Kalijaga, yang berarti pemimpin atau pelaksana yang menegakkan kesucian atau kebersihan. Sunan Kalijaga meninggal pada pertengahan abad ke XV dan makamnya ada di desa Kadilangu, kabupaten Demak, Jawa Tengah.
5. Sunan Giri atau Raden ' Ainul Yaqin ( abad 15 )
Raden 'Ainul Yaqin ( Raden Paku ) adalah putra dari Syekh Maulana Ishaq ( murid Sunan Ampel, Raden' Ainul Yaqin dikenal dengan sebutan Sunan Giri. Sunan Giri merupakan saudara ipar dari raden Fatah, dikarenakan isteri mereka bersaudara. Raden ' Ainul Yaqin, pada masa kecilnya dibawah asuhan seorang wanita kaya raya yang bernama Nyai Gede Maloka atau Nyai Ageng Tandes. Setelah mengijak dewasa, Raden 'Ainul Yaqin menimba ilmu di pasantren Ampel Denta ( Surabaya ) milik Sunan Ampel.Disini ia bertemu dan berteman baik dengan putra Sunan Ampel yang bernama Maulana Makhdum Ibrahim.Ketika hendak melaksanakan ibadah haji bersama Sunan Bonang, keduanya menyempatkan singgah di Pasai untuk memperdalam ilmu keimanan dan tasawuf. Pada sebuah kisah diceriterakan bahwa Raden Paku bisa mencapai tingkatan ilmu laduni. Dengan prestasi yang dicapainya inilah, Raden Paku juga terkenal dengan panggilan Raden ' Ainul Yaqin. Sunan Giri meninggal sekitar awal abad ke- 16, makam beliau ada di Bukit Giri, Gresik.
6. Sunan Drajad atau raden Qasim ( 1522 M )
Sunan Drajad memiliki nama asli Raden Qasim. ( 1522 M )
Suana Drajad memiliki nama asli Raden Qasim. Disebut Sunan Drajad karena beliau berdakwah di daerah Drajad kecamatan Paciran Lamongan. Masyarakat juga menyebutnya sebagai Sunan Sedayu, Raden Syarifudin, Maulana Hasyim, Sunan Mayang Madu. Raden Qasim adalah putra Sunan Ampel dari isteri kedua yang bernama Dewi Candawati. Raden Qasim mempunyai enam saudara seayah seibu,diantaranya Siti Syareat, ( Isteri Raden Usman Haji ) Siti Mutmainnah ( Isteri R. Muksin ), Siti Shofiah ( isteri R. Ahmad, Sunan Malaka ) dan raden Maulana Maqdum Ibrahim ( Sunan Bonang ). Disamping itu, ia mempunyai dua orang saudara seayah lain ibu, yaitu Dewi Murtasyiah ( isteri Raden Fatah ) dan Dewi Murtasimah ( Isteri Sunan Giri ). Sedangkan isteri Sunan Drajad, yaitu Dewi Shofiah putri Sunan Gunung Jati
7. Sunan Kudus atau Raden Ja'far Shadiq ( 1550 M )
Sunan Kudus biasa juga dikenal sebagai Ja'far Sadiq atau Raden Undung, beliau juga dijuluki Raden Amir Haji sebab ia pernah bertindak sebagai pimpinan jama'ah Haji ( Amir ). Dikenal sebagai seorang pujangga cerdas yang luas dan mendalam keilmuannya.
Ja'far Sadiq ( Sunan Kudus ) merupakan putra Raden Usman Haji yang menyebarkan agama Islam di daerah Jipang Panolan, Blora,Jawa Tengah. Dalam silsilah, Sunan Kudus masih keturunan Nabi Muhammad Saw. Tercatat detail dalam silsilah : Ja'far Sadiq bin R Usman Haji bin Raja pendeta bin Ibrahim as- Samarkandi bin bin Zaini al- Kubra bin Zainul Alim bin Zainul Muhammad Jumadal Kubra bin Zainal al- Husein bin Zaini al- Kubra bin Zainul Alim bin Zainul Abidin bin Sayid Husein bin Ali ra.
Sunan Kudus juga terkenal dengan julukan wali al ilmi, karena sangat menguasai ilmu-ilmu agama terutama tafsir, fikih, usul fikih, tauhid, hadist, serta logika. Sunan Kudus juga dipercaya sebagai panglima perang kesultanan Demak. Ia mendapat kepercayaan unrtuk mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus,sehingga ia menjadi pimpinan pemerintahan ( Bupati ) sekaligus pemimpin agama. Sunan Kudus meninggal di Kudus pada tahun 1550, makamnya berada dalam kompleks Masjid Manara Kudus.
8. Sunan Muria atau Raden Umar Said ( abad 15 )
Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya adalah Raden Umar Said,semasa kecil ia biasa dipanggil Raden Prawoto. Dikenal sebagai Sunan Muria karena pusat dakwah dan bermukim beliau di Bukit Muria. Dalam dakwah, beliau seperti ayahnya. Ibarat mengambil ikan ' tidak sampai keruh airnya'. Dalam sejarah tidak diketahui secara persis tahun meninggalnya dan menurut perkiraan, Sunan Muria meninggal pada abad ke- 16 dan dimakamkan di bukit Muria, Kudus.
9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah ( 1570 M )
Dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati,nama asli beliau adalah Syarif Hidayatullah. Beliau adalah salah seorang dari Walisanga yang banyak memberikan kontribusi dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, Khususnya di daerah Jawa Barat. Syarif Hidayatullah dikenal sebagai pendiri Kesultanan Cirebon dan Banten.
Dalam bukunya Sadjarah banten, Hoesein Dajaningrat menyatakan kedua nama yaitu Fatahillah dan Nurullah merupakan nama satu orang. Nama aslinya adalah Nurullah, kemudian dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati berasal dari Pasai. Penguasaan Potugis atas malaka pada 1511 dan akhirnya Pasai pada tahun 1521 membuat Nurullah tidak tinggal lama di Pasai. Beliau segerah berangkat ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Setelah kembali dari tanah suci pada tahun 1524, lalu langsung menuju Demak dan beristri adik Sultan Trenggana. Atas dukungan Sultan Trenggana, beliau berangkat ke banten untuk mendirikan sebuah pemukiman muslim. Kemudian dari banten, Nurullah melebarkan pengaruhnya ke daerah Sunda Kelapa. Disini, pada tahun 1526 dia berhasil mengusir bangsa Portugis yang hendak mengadakan kerja sama denagan Raha Padjajaran. Berkat kemenangannya ini, Nurullah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Di Banten, beliau meninggalkan putranya yang bernama Hasanuddin untuk memimpin banten. Sunan Gunung Jati wafat di Cirebon pada tahun 1570 dan diusianya yang diperkirakan sekitar 80 tahun. Makamyan terdapat di kompleks pemakaman Wakir Sapta Pangga di Gunung Jati, desa Astana Cirebon, Jawa Barat
B. Strategi Dakwah Walisanga
1. Maulana malik Ibrahim
Maulana malik Ibrahim pada awal dakwahnya menggunakan pendekatan kekeluargaan dengan menawarkan putrinya untuk diperistri Raja Majapahit. Upaya ini rupanya tidak berhasil, karena belum sampai tujuan, rombongan terkena serangan penyakit hingga banyak yang meninggal.Pada langkah berikutnya Maulana Malik Ibrahim mengambil jalur pendidikkan dengan mendirikan pasantren. Dinamakan pasantren karena merupakan tempat belajar para santri. Upaya pendidikkan pasantren oleh Syaikh Maulana malik Ibrahim dimaksutkan untuk menampung dan menjawab permasalahan-permasalahan keagamaan serta menghimpun santri. Karena komitmen dan konsistensinya dalam mendakwahkan Islam. Maulana Malik Ibrahim dipandang sebagai ' Bapak spiritual Walisanga.
2. Sunan Ampel ( Raden Rahmatullah )
Dalam tahap awal misi dakwahnya, Sunan Ampel membangun pasantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Pada pasantren yang diasuhnya Sunan Ampel mendidik kader-kader da'i yang kemudian disebar keseluruh wilayah Jawa. Sunan Ampel telah mendidik murid-murid yang terkenal antara lain : Sunan Bonang dan Sunan Drajad yang tak lain keduanya adalah putra sunan Ampel sendiri,Maulana Ishak, Sunan Giri, dan Raden Patah ( Sultan Demak ). Sunan Ampel dikenal sebagai negarawan, tokoh yang mempunyai gagasan dan perencana berdirinya kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Menurut bukti sejarah Sunan Ampel sebagai orang yang mengukuhkan Raden Fatah sebagai Sultan petama kesultanan Demak Bintoro.Pada akhirnya Kesultanan Demak Bintoro menjadi pusat penyebaran Islam ke seluruh wilayah Indonesia. Kesultanan Demak Bintoro menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan kemasyarakatan. Masjid-masjid Demak didirikan pada tahun 1478 yang diprakarsai oleh Sunan Ampel bersama dengan para Walisanga.
3. Sunan Bonang ( Raden Maulana Makhdum Ibrahim )
Sunan Bonang sangat memperhatikan tradisi dan budaya masyarakat yang telah berkembang.saat itu masyarakat Jawa memiliki kegemaran terhadap seni pewayangan yang ceriteranya diambil dari ajaran Hindu dan Budha. Para wali berusaha keras untuk mewarnai dan merubah ajaran masyarakat pada saat itu dengan menciptakan tembang atau syair yang berisi ajaran tauhid dan peribadatan. Setiap bait selalu diselingi dengan syahadatain.Salah satu tembang ciptaan Sunan Bonang adalah tembang Durma,sejenis Macapat yang menggambarkan suasana tegang, bengis, dan penuh amarah dalam kehidupan dunia yang fana.
Karya yang berupa catatan-catatan pengajaran Sunan Bonang dikenal dengan Suluk Sunan Binang atau primbon Sunan Bonang. Suluk atau primbon hasil karya Sunan Bonang berbentuk prosa dan gaya Jawa, namun penggunaan kalimat-kalimatnya banyak sekali dipengaruhi bahasa Arab. Diantara karya lainnya, adalah Sekar damarwulan, Primbon Bonang I dan II, dan serat Wragul.
4. Sunan Kalijaga ( Raden Mas Syahid )
Sunan Kalijaga dikenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, berpandangan luas, berpikiran tajam, intelek, cerdas, kreaif, inovatif dan dinamis, serta berasal dari suku Jawa asli.Dalam menyebarkan dakwahnya, Sunan Kalijaga tidak menetap di suatu daerah. Raden Mas Syahid senantiasa berkeliling dari satu daerah ke daerah lain, sehingga wilayah dakwah Sunan kalijaga sangat luas. Raden Mas Syahid dianggap mampu menerapkan sistem dakwah yang cerdas dan aktual, banyak orang dari golongan bangsawan dan cendikiawan memberikan hormat dan simpati terhadapnya, mudah diterima oleh semua kalangan masyarakat,mulai rakyat bawah sampai kalangan atas bahkan para penguasa.
Sunan Kalijaga sebagai orang yang paling berjasa menggunakan pendekatan kultural dalam berdakwah. Sunan Kalijaga mengarang berbagai ceritera wayang yang Islami,khususnya yang bertemakan ahklak atau budi pekerti. Hoby masyarakat Jawa terhadap wayang dapat dimanfaatkan Sunan Kalijaga sebagai media menyebarkan dakwah islam.
Dalam bidang budaya Sunan Kalijaga membolehkan pembakaran kamenyan ( untuk mengharumkan ruangan ) . Semula pembakaran kemenyan menjadi sarana dalam upacara penyembahan para dewa tetapi oleh Sunan Kalijaga fungsinya diubah sebagai pengharum ruangan ketika seorang muslim berdoa.
Sunan Kalijga juga terkenal sebagai seniman, ahli dalam seni suara,seni ukir, kesusastraan seni busana, dan seni pahat.Saah satu hasil karya Sunan kalijaga adalah dalam seni batik,corak batik yang diberi motif burung merupakan buah karya Sunan kalijaga.Burung dalam bahasa Kawi disebut qila artinya diucapkan dan bila digabungkan maka maksudnya adalah peliharalah ucapanmu sebaik-baiknya yang menjadi salah satu ajaran etnik Sunan Kalijaga melalui corak batik.
5. Sunan Giri ( Raden Ainul Yaqin )
Sunan Giri mendirikan pasantren di daerah Giri sebagai basis dalam menyebarkan dakwah Islam.dan mayoritas santrinya yang diasuh berasal dari masyarakat golongan ekonomi tidak mampu. Dari pasantren Sunan Giri ini lahir da'i- da'i yang kemudian mereka menyiarkan agama Islam ke luar pulau Jawa, seperti Madura, Ternate, Bawean, Kangean, dan Tidore.Sunan Giri terkenal sebagai seorang pendidik yang mampu menerapkan metode permainan yang bersifat agamais. Karya-karyanya berupa permainan atau embang anak-anak diantaranya Gula ganti,Jamuran,Jelungan,Jor dan Cublak-cublak Suweng.
6. Sunan Drajad ( Raden Qasim )
Raden Qasim ( Sunan Drajad ) melaksanakan dakwah dengan membuat pusat belajar agama Islam di Lawang dan Sedayu pedukuhan Drajat masuk wilayah kabupaten Lamongan sekarang.Dalam bidang kesenian beliau mengubah tembang Jawa Macapat Pangkur dan juga memainkan wayang sebagai dalang. Gamelan Singo Mangkok yang masih tersimpan di museum makam Sunan Drajad sebagai bukti bahwa beliau berdakwah lewat kesenian. Selain kesenian Sunan Drajad dikenal sangat dermawan dan berjiwa sosial tinggi,beliau membuat pepali pitu ( tuhuh ajaran ) yaitu :
- Membangun resep tyasing sasama ( kita selalu membuat senang hati orang lain ).
- Jroning suko kudu eling lan waspodo ( dalam suasana gembira hendaknya tetap ingat Tuhan dan selalu waspada).
- laksitaning Subrata tan nyipta marang pringga bayaning lampah ( Dalam upaya mencapai cita-cita luhur jangan menghiraukan rintangan )
- Meper hardening pancadriya ( Senantiasa berjuang menekan gejolak nafsu indrawi )
- Heneng, hening, henung ( dalam diam akan dicapai keheningan dalam hening akan dicapai jalan kemuliaan )
- Mulya guna panca waktu ( Kemuliaan lahir batin dicapai dengan menjalani shalat lima waktu ).
- Weneono teken mawang wong kang wuto (Berikan tongkat pada orang yang buta wenehono mangan marang wong kang luwe ( berikan makan pada orang yang lapar), wenehono busana marang wong kang wuda ( berikan pakian pada orang yang tidak mempunyai pakian), wenehono ngiyup marang wong kang kudanan ( berikan tempat berteduh bagi orang yang kehujanan ).
7. Sunan Kudus ( Raden Ja'far Shadiq )
Sunan Kidus menjadi salah satu dari para wali yang merasakan pengalaman belajar di Baitul Maqdis, Palestina.Pada saat berada di baitul Maqdis, ia berjasa memberantas penyakit yang banyak menelan korban. Berkat jasanya, Sunan Kudus diberi ijazah wilayah ( daerah kekuasaan ) di Palestina.
Setelah pulang ke Jawa, ia mendirikan Masjid didaerah Laron pada tahun 1549. Masjid inilah yang sampai sekarang terkenal dengan nama Masjid Al-aqsa atau Al- Manar. Kemudian Sunan Kidus mengganti nama daerah sekitar masjid menjadi Kudus, yang diambil dari nama sebuah kota di Palestina, yautu Al- Quds. Sunan Kudaus dalam melaksanakan dakwah menggunakan pendekatan budaya,beliau juga memainkan peran sebagai sosok punjangga yang menciptakan berbagai lagu, dan ceritera keagamaan. Karyanya yang paling terkenal adalah Gending maskumambang dan Mijil. Sunan Kudus merupakan sosok yang sangat menghargai kearifan lokal, beliau melarang penyembelihan lembu bagi masyarakat muslim di Kudus. Larangan ini adalah bentuk toleransi terhadap adat istiadat serta watak masyarakat setempat yang sebelumnya masih kaut dengan agama Hindunya.Dalam keyakinan Hindu, lembu termasuk binatang yang dikeramatkan dan suci.
8. Sunan Muria ( Raden Umar Said )
Sunan Muria dalam berdakwah memiliki kekhasan dan keunikkan terdendiri, yaitu menjadikan desa-desa terpencil sebagai medan dakwah Islamnya. Sunan Muri terkenal sebagai wali yang gemar menyendiri, bertempat tinggal di desa terpencil, dan bergaul dengan rakyat kebanyakan. Sunan Muria memberikan pengajaran kepada masyarakat di sekitar gunung Muria dengan mengadakan kursus-kursus bagi para pedagang, nelayan,ataupun masyarakat kecil lainnya. Sunan Muria juga merupakan pendukung setia kesultanan Demak dan ikut andil dalam pendirian masjid Demak. Beliau memiliki karya tulis yang masih digemari hingga saat ini, yaitu tembang sinom dan Kinanti.
9. Sunan Gunung Jati ( Raden Syarif Hidayatullah )
Sunan Gunung Jadi banyak menghabiskan sebagian waktu untuk melakukan jihad dalam rangka melawan dan mengusir Portugis dari bumi Indonesia. Hal ini dilakukan dengan menggabungkan kekuasaan Banten dan Demak sehingga memiliki kekuatan yang diperhitungkan, pada peperangan pertama, pasukan Islam mengalami kekalahan yang sangat fatal, namun berikutnya ketika Potogis mendarat kembali di Sunda Kelapa, pasukan Islam berhasil menumpas perlawanan pasukan Portugis, sehingga Sunda Kelapa dirubah menjadi Jayakarta.
Oleh sebagian besar sejarawan, Sunan Gunung Jati dikenal sebagai peletak konsep negara Islam moderen ketika itu, dengan bukti berkembangnya kesultanan sebagai negara maju dan makmur mencapai puncaknya 1650 hingga 1680. Atas jasa-jasanya yang sangat besar terhadap bangsa, umat Islam di jawa Barat memanggilnya dengan nama lengkap Syekh Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Rahmatullah.
C. Peran Walisanga terhadap peradaban Indonesia
Dakwah Islam pada masa awal lebih tertumpu pada usaha para saudagar secara perorangan, namun ketika mereka telah berhasil masuk ke pemangku kebijakan ( kerajaan ), dakwah Islam berkembang sangat pesat. Kemajuan dakwah Islam di Indonesia cukup besar, hal ini disebabkan para adipati atau raja mereka, masuk Islam. Sehingga penyebaran dilakukan yang dilakukan oleh para pedagang pada masa berikutnya dilanjutkan oleh para penguasa dan para wali sebagai penasehat dalam pemerintahan. Hal ini turut memberi kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan agama Islam dan sekaligus kebudayaan di tanah Indonesia.
Dalam bidang pendidikkan, seluruh ulama,penyebar Islam di Indonesia dan juga para walisanga menjadikan masjid atau pasantrean sebagai pusat dakwahnya. Mereka mendidik dan mengajari masyarakat tentang agama Islam dan bidang lainnya. Keberadaan pasantren atau masjid dalam dakwah menjadi arsitektur, dasar terbentuknya lembaga pendidikkan di wilayah Indonesia.
Dalam bidang seni arsitektur, pembangunan masjid diutamakan sebagai rumah ibadah sekaligus pusat kegiatan umat, banyak masjid yang didirikan oleh para wali yang mengembangkan gaya arsitektur yang indah dengan sentuhan etnik dan budaya lokal, contohnya, Masjid agung Demak,masjid agung kasepuhan Cirebon,Masjid Agung Banten, Menara Kudus,dan Masjid Agung Baiturrahman Aceh.
Bidang kebudayaan, adat -istiadat yang berkembang di Indonesia terpengaruh oleh peradaban Islam. Diantaranya adalah ucapan salam kepada setiap kaum muslimyang dijumpai,aatau penggunaannya dalam acara-acara pemerintah.Misalnya presiden kita jika ingin berbicara baik dalam forum resmi atau tidak, selalu menggunakan ucapan salam berupa kalimat ' Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh dan banyak lagi yang lainnya.
Demikian juga dengan bidang politik,ketika kerajaan-kerajaan Islammengalami masa kejayaan,banyak sekali unsur politik Islam yang berpengaruh dalam sistem politik pemerintahan kerajaan-kerajaan islam. Misalnya tentang konsep Khalifatullah fil ardli dan dzillullah fi ardli. Kedua konsep ini diterapkan pada pemerintah kerajaan Islam Aceh Darussalam dan kerajaan Islam Mataram.Disamping itu pada tata kota wilayah Indonesia banyak mengadaptasi sistem tata kota Islam yang memadukan antara kerato sebagai tempat aktivitas pemerintahan,Masjid sebagai tempat ibadah,pasar sebagai pusat ekonomi masyarakat dan alun-alun sebagai tempat kumpulnya masyarakat.
D. Teladan spiritual dan Intelektual
Walisanga memberikan peranan yang sangat besar tehadap perkembangan dan penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa. Mereka mempunyai kemampuan spiritual dan juga intelektual yang mumpuni, hal tersebut tercermin dari karya-karya mereka dalam menciptakan lagu, serita wayang, dan simbol-simbol agama lain yang mengandung ajaran-ajaran Islam. Selain ahli dalam bidang keagamaan, kesenian maupun tehnologi juga ahli tatanegara. Raden fatah menjadikan Sunan Kalijaga sebagai penasehat kerajaan, ia menjadi tempat bertanya bagi raja, terutama dalam masalah-masalah keagamaan maupun politik.Bahkan diantara mereka ada yang mendirikan kerajaan dan bahkan menjadi raja pertamanya, seperti Sunan Gunung Jati.
Dalam menjalankan dakwah di jawa, para walisanga lebih mengedepankan kearifan lokal dalam menyikapi persoalan yang berkaitan dengan perbedaan antara ajaran Islam dengan tradisi setempat. Sebagai seorang sufi, para wali bersikap toleran dalam menjalankan dakwah. Bahkan tidak jarang, seni dan tradisi setempat dijadikan media dakwah untuk menarik masyarakat Islam. Memahami dan menghayati biografi, sejarah, perjuangan, dan peranannya dalam mengembangkan Islam di Indonesia, maka dapat diambil hikmah dan pelajaran untuk dijadikan teladan.
- Semangat yang sangat tinggi dalam mengembangkan ajaran Islam di Indonesia.
- Sikap keiklasan para wali yang mewrnai perjuangannya tanpa pamrih, bahkan berani berkorban demi umat.
- Sikap keberanian para wali dalam melindungi dan mempertahankan wilayah Islam dari penjajahan asingSwt. sangat menentukan keberhasilan dakwahnya
- Semangat spiritual para wali tidak pernah putus,hubungan dengan Allah.
- Kemampuan para wali dalam melihat situasi umat, dan cepat menemukan solusi tepat untuk kemajuan dakwah Islam. Pemilihan metode dakwah yang tepat, kreatif,dan persuasif, yang membuahkan hasil maksimal
- Cara dakwah Sunan Muria dengan mencari daerah-daerah pedalaman dan desa-desa terpencil sangat penting ditiru agar agar tidak didahului dakwah umat Islam
- Sikap solidaritas dan kepedulian sosial para wali yang tinggi terhadap nasib rakyat untuk membantu dan menyantuninya.
- Sikap para wali menjalin hubungan dengan penguasa dan para raja sangat membantu keberhasilan dakwah.
- Adanya jadwal pembagian wilayah dakwah agar Islam tersebar merata keseluruh wilayah Indonesia.
Ulangan Harian III
1. Jelaskan mengapa dalam menjalankan dakwahnya para wali nyaris tidak pernah mengalami konflik dengan masyarakat setempat ?
2. Bagaimana cara yang dilakukan oleh para walisanga dalam mendakwahkan Islam di pulai Jawa?
3. Berkan contoh bentuk toleransi dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kudus kepada masyarakat yang beragama lain ?
4. Megapa Sunan Kudus disebut sebagai Waliyul Ilmi ?
5. Sebutkan ajaran Suluk Petuah yang diajarkan oleh Sunan Drajad ?
Tidak ada komentar
Komentar baru tidak diizinkan.